Artikel lain:
Saya bukan merupakan mahasiswa yang pintar, tetapi untuk urusan memanfaatkan matematika dalam pertanian, saya sedikit dapat diandalkan. Hal ini tidak terlepas dari almarhum ayah saya yang merupakan guru matematika SMP.
Saat mendapatkan mata kuliah statistika (meskipun jarang masuk kuliah), saya hanya memerlukan waktu semalam untuk belajar dan akhirnya mendapatkan nilai A. Statistika adalah hal yang mudah, kalau sudah paham dasar matematika.
Tetapi itu tidak berlaku pada kuliah Rancangan Percobaan. Saat itu, kuliah Rancangan Percobaan dibagi dalam beberapa kelas yang bisa kita pilih, dan salah satunya diampu oleh dosen yang menjadi momok besar mahasiswa, seorang dosen yang lebih sering memberi nilai E kepada mahasiswa dibandingkan nilai A, B, atau C. Apesnya, nama dosen tidak ditampilkan di kelas, sehingga mahasiswa hanya bisa menebak-nebak agar tidak masuk kelas yang diampu dosen tersebut. Sekuat saya menghindari kelas Bapak tersebut, akhirnya kesialan menimpa saya. Saya mengikuti kelas dosen tersebut dengan agak rajin. Tetapi entah kenapa materi perkuliahan tidak bisa saya ikuti. Bahkan adanya praktikum sama sekali tidak membantu, karena saat itu praktikum rancangan percobaan yang penuh perhitungan hanya diijinkan menggunakan kalkulator. Nilai akhir rancangan percobaan, E. Nilai yang sudah saya duga, meski tidak saya inginkan. Dengan mengulang di tahun berikutnya, tentu dengan dosen yang berbeda, akhirnya saya mendapatkan nilai C. Itupun dengan tingkat pemahaman yang tidak berubah. Saya sama sekali tidak paham.
Suatu hari, saya bertemu dengan salah seorang kakak tingkat, sekitar 6 tahun diatas saya. Beliau merupakan aktivis yang akhirnya drop out dari kampus dengan sebuah alasan yang idealis. Beliau kemudian melanjutkan di salah satu Universitas swasta yang berada di kota Semarang. Disana, beliau mengambil kuliah Rancangan Percobaan. Saat bertemu, beliau berkata “Rancangan Percobaan itu ternyata mudah banget”. Sebuah kata-kata yang tidak saya pahami sama sekali. Bagaimana mungkin ilmu yang bagi banyak mahasiswa adalah ilmu yang sulit, tetapi bagi si anak drop out yang dulunya jarang kuliah, dianggap sebagai hal yang mudah. Bahkan pake penekanan “mudah banget”.
Sejak saat itu, timbul keinginan balas dendam terhadap kuliah dan praktikum Rancangan Percobaan, yang dianggap berat. Akhirnya dengan adanya software SPSS, balas dendam pun tersampaikan. Dengan memanfaatkan SPSS, analisis data jadi jauh lebih mudah, karena tidak perlu menghafal rumus atau memencet tombol kalkulator. Agar lengkap ilmu Rancangan Percobaan, maka saya juga kembali mempelajari teori dan mengingat pelajaran yang pernah diberikan oleh dosen.
Agar tidak lupa, catatan-catatan statistika dan rancangan percobaan saya susun ke dalam Microsoft Word sejak tahun 2019. Adanya waktu luang disela-sela studi doktoral, saya gunakan untuk mencari tahu lebih lanjut analisis SPSS dan teori rancangan percobaan. Catatan tersebut semakin lengkap karena banyak rekan mahasiswa yang bertanya mengenai analisis statistik. Akhirnya, catatan yang awalnya ringkat, ternyata menjadi cukup panjang, mencapai puluhan halaman. Dan dengan bantuan istri saya (Kuni Faizah), akhirnya catatan tersebut lengkap dengan contoh data dan gambar langkah kerjanya. Buku itulah yang kini terbit dengan judul Agrostatistika: Pengelolaan Data dengan SPSS.
Buku yang terbit, karena saya salah mengambil kelas Rancangan Percobaan, sehingga dapat dosen killer dan mendapat nilai E. Karena ada kakak tingkat yang secara songgong berkata bahwa “Rancangan Percobaan itu mudah banget”. Karena saya banyak ditanya permasalahan analisis statistik oleh teman-teman. Karena ada permintaan istri agar dibuat lebih lengkap, sehingga bisa lebih bermanfaat. Ada peran dari banyak orang mengapa buku ini sampai terbit.